ARDILES
ORA DI DOL
Saya lahir
dan dibesarkan di lingkungan yang tentram, masyarakatnya beragam dan saling
menghormati keberagaman. Tidak mudah tumbuh bersama keluarga sederhana, tapi
itu bukan penghalang bagi saya untuk belajar. Ya…belajar berbagai hal dari
angkatan diatas saya, yang saya anggap layak dan pantas saya jadikan panutan.
Tumbuh bersama teman – teman yang dapat menjadikan kita lebih baik dari
sebelumnya sangat menyenangkan. Seiring berjalannya waktu masing – masing dari
kita punya hobi masing – masing. Saya pribadi hobi olahraga, sepakbola adalah
olahraga favorit saya. Tentu tidak semua teman – teman sebaya memiliki hobi
yang sama dengan saya. Tapi tak apa, karena kita saling memahami.
Bicara tentang sepakbola, ada kesebelasan di desa saya nama
kesebelasannya ARDILES. Nggak tau dari mana asal muasalnya nama itu, saya rasa
nama kesebelasannya cukup keren. Tentu tiap anak di desa menginginkan untuk
masuk dan mendambakan menjadi pemain regular di tim tersebut. Saya pribadi
tentunya juga ingin, sedari kecil kalo sama temen – temen mainnya nyeker. Menyenangkan
tumbuh dewasa bersama mereka, banyak hal positif yang kami lakukan bersama –
sama. Entah itu hanya difikiran saya saja, tapi memang itu yang saya rasakan.
Banyak orang yang dapat saya jadikan panutan di tim ini, saya belajar banyak
dari mereka. Tidak semuanya berjalan lancar, kadang mereka jahat bagaikan bos
yang se-enaknya sendiri memerintah anak buahnya, kadang mereka layaknya pemain hebat
liga eropa yang gak pernah melakukan kesalahan, kadang mereka seperti saingan
saya yang terus membuat saya semangat untuk datang ke lapangan di sela – sela
kesibukan, ah…memang hidup ini kadang – kadang. Tidak dapat dipungkiri mereka
yang membuat saya terus datang ke lapangan, menuntun, menggandeng saya untuk
berbuat lebih, bagai seorang ayah yang mengajarkan kebaikan, kebenaran pada
anaknya. Karena mungkin mereka merasa saya mampu untuk berbuat lebih.
Tapi itu dulu, sekarang saya tumbuh dewasa. Rasa itu hanya
mampu saya kenang dan ingin menamkan ke adik letting saya. Namaya sebuah tim,
tidak lengkap jika tidak ada masalah di dalamnya. Masalah itulah yang harusnya
membuat kita semakin solid, bukan memecah belah rumah yang telah lama berdiri.
Dari pemain, pelatih, dan seluruh aspek dalam tim merupakan satu kesatuan yang
mampu membesarkan rumah ini. Mungkin bukan saya saja yang merasakan kegelisahan
ini, dan hal ini tak mungkin saya pendam. Setiap masalah harus ada jalan
keluarnya, saya memiliki beberapa solusi rasional yang mungkin dapat didengar
dan diterima. Saya akan mulai dari beberapa aspek yaitu :
1.
STRUKTUR ORGANISASI
Sebenarnya ini masalah fundamental jika harus
dibahas, karena dari organisasi lah semuanya bermula. Loh kok…? Iya jangan
hanya loh kok! Karena cuma sedikit dari kita yang mau, pengen, atau katakanlah
nimbrung masalah organisasi. Ketika saya survey ala – ala, mereka bilang males,
gak mau pusing, ngerasa aspirasinya nggak di dengar oleh yang tua dll. Loh gak
gitu, saya dengan perlahan memberi pegertian. Kalau kita emang niat, semua ada
masa nya, mungkin sekarang kita gak di denger secara langsung, tapi ketika kita
bersuara pasti ada kok salah satu atau salah dua yang mikir, dan “mbatin” oiya
ada benarnya juga. Organisasi itu penting, simpelnya politik mini, lo gak mau
dipolitikin ya lo harus tau arus di dalemnya. Hanya tahu, kalo udah tau yg
jelek dan merusak gak usah lo terapin, walaupun udah kayak jadi budaya. Kompak
dalam hal apapun asal itu baik gak akan bikin kita percuma…percaya deh. Jadi
mulai sekarang ayo, kita belajar, biar tau aja dulu, mengerti mah belakangan.
Kita musti sama – sama buat mewujudkan apa yang kita harapkan, gak cuma nyinyir
di belakang. Dan semua itu butuh proses, karena proses gak mungkin menghianati
hasil.
2.
MANAJEMEN LAPANGAN.
Saya lebih suka menyebutnya manajemen
lapangan, karena ini mencakup kesemua aspek di lapangan saat latihan maupun
pertandingan. Dari mulai yang dasar aja dulu seperti manager, pelatih,
official, medis, supporter.
a.
Pelatih.
Apakah
desa kita atau tim ini punya pelatih?punya…banyak malah. Ya itu kalo pas
tanding pasti semua ikut ngomong berasa jadi juru taktik. Pemain juga ikutan
bingung mana yang harus di dengar. Hahaha…becanda.
ARDILES
belum pernah punya pelatih permanen, dalam artian yang ngelatih ya yang berasa
mainnya paling jago aja gitu, atau yang di-tua-kan. Saya gak menyalahkan hal
ini, menurut saya bagus, karena masih ada orang baik yang mau sumbang
tenaganya. Tapi di sisi lain ini kurang baik untuk kelanjutan tim, maksudnya
pemain muda. Memang setiap hal yang kita temui pasti ada sisi positif dan
negatifnya. Menurut saya kita tunjuk satu orang yang siap, siap lahir maupun
batin. Siap bakal buat pemuda desa Sidorejo maju, siap berprestasi, siap
mencurahkan tenaga dan pikirannya, mengedepankan kualitas, siap independen,
bahkan siap finansialnya jika memang dibutuhkan. Dan kalau itu terjadi, tinggal
kita nya juga harus siap nerima, dalam artian intruksi, taktik, teknik, dan
cara bermain yang beliau terapkan. Ini gak mudah loh…tapi bukan berarti gak
mungkin. Jika emang hal semacam ini udah terjadi, bakal keren tim kita. Gak
usah pikirin omongan orang lain, karena dikala kita berjuang ada aja kampret
yang cuma main biasa – biasa aja tapi nembus skuat inti, ini kan gak logis menurut
kebanyakan orang. Cuma karena mungkin bapaknya, oom nya, kakaknya, atau
saudaranya punya politik lain dibalik itu semua, kasarnya ngomong punya orang
dalam. Sekali lagi saya bilang, bahwa olahraga itu proses, yang instan cuma mie.
Jalani saja prosesnya, nikmati, toh banyak orang di belakang kita yang terus
support. Kalu ada omongan aneh – aneh yang bikin kita down, cukup senyumin aja.
b.
Official
Ini
isinya orang – orang yang tulus ikhlas karena kecintaan nya terhadap sepakbola.
Sekarang timbul pertanyaan, ada nggak sih orang kaya gini? Ada… tapi itu dulu,
pas ARDILES masih jaya, terkenal, menang kompetisi di banyak daerah. Ya gak
bias kita pungkiri, memang kepercayaan orang terhadap tim sudah memudar. Gak
usah jauh – jauh bahas salah siapa atau yang bener siapa. Yuk bareng – bareng
kita introspeksi tim ini. Mulai dari diri sendiri, kita ngaca seberapa mampukah
kita untuk berjuang demi desa tercinta. Kita latihan lebih giat lagi, agar
dapat hasil yang memuaskan. Dari situlah kepercayaan masyarakat akan muncul
kembali, dan pastinya rame lagi kalo pas main.
3.
PEMAIN.
Tidak ada seorang pemain/olahragawan yang
tidak menginginkan sebuah gelar, semua ingin, tapi caranya seperti apa. Ini polemik
yang sering terjadi dalam sebuah tim, solusinya jika acuannya gelar, oke kita
ambil pemain untuk isi slot kosong di posisi tertentu. Dan gak tiap kompetisi
kita ambil pemain. Kedua, kadang kita terlalu nanggepin serius omongan orang
luar, tapi orang di ARDILES sendiri gak digubris. Cobalah kita balik, mending
ngurusin teman – teman semua yang mau latihan, mau kasih tenaga dan pikirannya
untuk desa, kalau difikir lagi, udah berapa banyak orang yang gak mau main bola
lagi gara – gara gak dikasih kesempatan bermain? Pindah cabang olahraga, atau
bahkan jadi berandalan mabuk – mabukan gak jelas? Kasian mereka…jangan sembunyi
tangan tentang hal ini, salah kita juga, ayolah benahi. Ketiga, jangan sekali –
kali bawa masalah pribadi ke lapangan, apalagi ke organisasi, dendam antar
personal buat chemistry pemain hilang. Ceritalah, kalian punya rumah (ARDILES)
dan teman – teman yang akan kasih solusi tentang permasalahan yang kalian
hadapi. Keempat, kalau bukan kita yang membesarkan nama desa mau siapa lagi?
Gak enak tau denger orang bilang “wis lapangane tanduri jagung ae, panenane
ngge mbayar pemain” (meskipun terdengar logis hehe). Terus ambil pemain dan
juara kompetisi dimana – mana juga mau kemana??selanjutnya mau kemana??gak ada
jenjang kan??makanya kita juga gak bisa salahkan jika ada pihak tertentu mau
buat tim lagi, lawong mereka memang gak ada kepercayaan lagi sama ARDILES.
ARDILES ini kan milik bersama, milik desa, penggerak pemuda desa, pemudanya
sehat desa nya tentram. Kalau memang kita ngaku anggota dan pemuda yang baik,
ayok legowo, ayok bangun desa lagi melalui sepakbola. Jika kita mampu memberi
kepercayaan terhadap desa, saya yakin kok itu juga bakal berimbas sebaliknya,
desa juga percaya dengan kita. Karena apa yang kita tanam, itu juga yang kita
petik.
Saya nggak bisa berbuat banyak, kamu gak bisa berbuat banyak,
lalu siapa yang akan berbuat banyak?ya kita…dari masing – masing kita yang mau.
Mau untuk mengulurkan tangan nya dan samakerja. Gak usah ngeluh, gak usah
berharap bakal dapat imbalan. Masing – masing dari kita masih punya Tuhan kan?
Kalo kita udah berbuat yang baik sisanya biar Tuhan yang atur. Semoga tulisan
saya ini bisa memperingan kegelisahan yang kita rasakan. Memang rindu kalo
mengingat harus seperti dulu, biarlah itu menjadi rindu. Sekarang saya punya
masa depan baru yang harus kita perjuangkan bersama – sama. Saya harap kita
sepemikiran tentang sepakbola, karena sepakbola sudah punya bahasa tersendiri
dalam kehidupan.