Kidung Sudah Kalah Dengan Shalawat

By tkphendrik.blogspot.com - April 19, 2018


Kidung Sudah Kalah Dengan Shalawat


Menjadi tukang steam (cuci motor/mobil) dan melaksanakan kewajiban salat lima waktu itu gak mudah loh, terlebih untuk ikut berjamaah di masjid. Kalian tau kan tukang steam itu tiap hari basah – basahan, kotor, dekil gitu. Kadang kecipratan lumpur, jari tangan luka karena kebeset kawat onderdil motor, atau selip – selip kuku copot. Saya nggak ngeluh sama sekali, sebab pekerjaan ini halal dan lumayan menghasilkan menurut saya. Termasuk golongan kerja berat, tapi nggak kasar, hehe. Setiap orang kan dituntut untuk bekerja keras, bukan untuk sukses. Bekerja keraslah maka sukses mengikuti. 

Saya juga nggak terlalu sependapat bahwa label sukses itu punya rumah sendiri, mobil, perhiasan, aset banyak. Karena sukses itu pencapain masing – masing.  Apalah arti semua itu jika batin kita tidak tersuplai. Maksudnya? Ya…batin kita harus tersuplai oleh perbuatan baik. Bisakah kita peduli pada sekitar jika sehari full fokus untuk cari uang? Dalam artian bangun (tanpa ngopi) mandi, ke toko, pulang, belanja, sampe rumah tengah malem, istirahat, bangun lagi dan begitu seterusnya. Seseorang yang sudah mengalami hal ini tentunya kita bisa takar berapa sugih (kaya) nya dia. Mungkin untuk dia inilah pencapainnya, tapi untuk saya tidak juga. Uang penting, waktu juga penting. Seperti saya, saya ingin yang terbaik untuk kehidupan pribadi, bahkan juga keluarga, keluarga besar tentunya haha…

Banyak sekali yang ingin saya capai (sebenarnya) tapi kan satu persatu, nggak bisa langsung bregk tau-tau ada. Kembali ke suplai batin, ini gak susah sebenarnya. Kita semua umat muslim atau non muslim punya formula khusus untuk menjalaninya. Bahkan sudah ada buku panduannya, tentu saja tinggal kit abaca lalu ikuti saja. Jalani hal yang wajib dahulu, barulah Sunnah kemudian. Gampang – gampang susah, tapi jika setiap orang ingin yang terbaik dalam kehidupannya kita harus mau menjalaninya. Gak usah yang berat, yang ringan dulu aja. Gampangnya salat lima waktu, saya bilang gampang karena saya punya banyak waktu untuk ini. Hanya saja kadang males, kadang banyak alesan untuk nggak melakukannya. Untuk orang yang turah waktu (waktu luang) harusnya kita jalani yang ini dulu. Pun demikian bagi yang nggak punya banyak waktu luang ya musti, kudu, harus dikasih waktu untuk menghadap sang pencipta. Setiap hari rejeki datang nggak mesti, kadang yang nyuci rame kadang juga rame banget hehe. Disela – sela pekerjaan inilah saya harus kuat untuk mengisi bahan bakar bagi suplai batin saya. Saya nggak boleh kalah, apalagi teledor dengan kewajiban. Saya pernah merasa “ah capek banget hari ini, nanti aja deh salat sendiri aja” dan anda tahu apa yang terjadi, yo sidone ora solat. Saya sudah mulai ubah mindset tentang hal yang wajib dan tidak. Jika saya bisa melakukannya berjamaah kenapa harus mandiri. Toh berjamaah menguntungan pribadi kita. Mungkin sebagian anda pernah merasakan juga, maka lakukanah.

Saya termasuk beruntung punya masjid deket rumah (amin), eh salah. Punya rumah deket masjid maksudnya. Dan beruntungnya lagi pengeras suara menghadap ke rumah saya. Saya jadi berfikir ini ada unsur kesengajaan, apapun itu inilah keberuntungan saya hehe. Kamar saya itu kan di atas, kalau ada suara adzan kedengeran keras banget. Beda kalau ada suara kidung saya malah nggak pernah dengar, apalagi lima waktu dalam sehari, saya nggak pernah dengar. Baru kemarin saya dengar bahwa suara kidung lebih merdu dari pada lantunan suara adzan. WTF. Nah biasanya kan abis adzan ada pujiannya, solawatan gitu. Ini yang menarik, di tempat tinggal kami rata – rata yang solawatan itu anak kecil. Sudah beberapa hari ini terdengar suara yang sama setiap harinya. Suaranya cempreng, dan gak pelan untuk ukuran anak – anak seusianya, penuh semangat, gairah, seakan – akan menunjukkan bahwa ini loh suara saya, kedenger nggak sampe telingamu. Dari sinilah saya mulai membiasakan untuk datang ke masjid dan ikut berjamaah. Gimana ya…saya nggak tau hukumnya, ikhlas atau enggak nya saya serahin semua sama gusti Allah. Yang jelas saya datang niat mau salat berjamaah titik.

Dari teras masjid kutengok kedalam saya melihat seoarang anak dengan peci warna putih, menggunakan kacamata, sedang memegang microphone. Dan yang satunya berkulit putih, rambut agak orange (keturunan minang), mengenakan baju koko, yang juga ikut bersolawat serta menunggu giliran mic tersebut. Kudekati, urat di lehernya terlihat, saking semangatnya melantunkan shalawat nabi. Saya senyum – senyum sendiri dibuatnya, mungkin dalam batin kagum. Saat kecil saya jarang sekali melakukan hal itu, hanya pas takbiran saja suara saya bisa didengar orang banyak. Ah…saya jadi rindu masa kecil. Jujur saya kagum, saya hanya menghabiskan masa kecil saya dengan bermain, dan berbohong kepada orang tua karena males kalau disuruh berangkat ngaji. Saya berharap anak ini mempunyai masa depan lebih baik dari pada saya bahkan dari kedua orang tuanya. Saya jadi merasa mungkin inilah salah satu suplai batin itu, saya mungkin belum berbuat banyak, tapi dari hal sepele tadi saya merasa bisa belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 
Mulai dari hal sederhana, mulai dari yang wajib, untuk memulai kehidupan dan pencapaian yang baru.   

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar