Nelangsa Ketika Orang Tua Sudah Tidak Lagi Meminta

By tkphendrik.blogspot.com - Juli 02, 2018


Nelangsa Ketika Orang Tua Sudah Tidak Lagi Meminta

Banyak cerita yang akan terjadi pada sebuah keluarga dalam satu atap, bayangkan jika lima, enam, atau sampai delapan orang, pastilah kesemuanya mempunyai karakter dan pola pikir yang berbeda. Sepandai apapun kamu mengarahkan adikmu, nantinya dia juga akan memilih jalan nya sendiri. Begitu pula kamu, senurut – nurutnya dengan kakakmu pastilah pernah ngalami cekcok sampe berantem. Cowok ataupun cewek sama aja, he-he-he emang harus gitu sih (gak monoton) jadi seru ada yang dibahas.


Memang menyenangkan merasakan tumbuh kembang bersama dengan saudara kandung, ada perasaan dimana apa yang kalian lakukan benar, itu berdampak positif ke yang lain. Tapi sebaliknya jika yang kalian lakukan salah, kalian akan merasa diawasi, jadi untuk melakukan kesalahan bisa di minimalisir. Nggak tau kenapa kok kaya gitu, serumah, sedarah, sekeluarga, ikatan psikologisnya kuat banget. Orang tua akan berharap bahwa anak – anaknya jangan cepat tumbuh, karena tumbuh, akan patah, lalu hilang tak terganti. Seorang Ayah akan merasa bahwa anak yang di gendongnya dahulu sudah tak mampu ia angkat lagi, walaupun hanya memindahkannya dari sofa ke kamar karena sudah terlelap. Sosok ibu yang nggak mungkin lagi mengoleskan minyak telon di sekitar perut, mengusap wajahmu dengan bedak, mengkancingkan baju dengan bawahan abu – abu. Kepribadianmu yang mulai nampak saat belia (tumbuh) lalu kau mulai masa dimana pekerjaan sudah menyita waktu (patah). Dengan kemapanan yang kamu miliki seseorang akan mendampingimu melewati masa tua bersama (patah), kemudian hilang tak terganti. Begitulah kalian di mata orang tua, orang yang tidak pernah berubah, menganggap kalian seperti anak yang ingusnya harus minta dibersihkan.
Percecokan kalian tak pernah di dengarnya lagi, suara teriakan berbalas pelototan mata seorang Ayah tak kan terlihat lagi. Mungkin kalian menangis saat itu, tapi itu bukanlah tangisan kesedihan, itu hanya respons yang terjadi begitu saja. Cepat, tapi selalu terngiang di ingatan hingga saat ini. Dewasa akan membuat kalian berpindah, rumah, lingkungan, bahkan hati, tak ada yang tahu. Tentu orang tua nggak akan menahan apa keinginan anaknya, selalu sedari kalian kecil orang tua lah yang sangat mengerti bagaimana perilaku anaknya. Hanya saja waktu nggak akan pernah kembali, kamu hanya mampu mengelolanya. Apakah seminggu sekali, sebulan sekali, atau bahkan setahun sekali, tergantung jarak masing – masing. Setidaknya atur waktu tertentu untuk “pulang ke rumah” meski itu bukan kediamanmu lagi. Lihatlah, bahagia nampak dari wajahnya, ketika tertawa lepas menyambut kedatanganmu dan menantunya. Sepuh nya orang tua mungkin nggak bisa mengingat semua masa kecilmu, tapi perasaanmu nggak bisa dibohongi, bahwa masih bisa kamu rasakan sentuhan disekujur tubuh yang nggak bisa kamu lupakan. Ya…itulah kasih sayang, betapa dahsyatnya rasa itu hingga air matamu menetes dengan sendirinya.

Yang sulit itu ketika orang tua sudah tidak lagi meminta bahkan untuk terlibat tukar pikiran dalam masalah tertentu selalu di hindari. Agar kalian tak ikut pusing memikirkannya, orang tua tahu bahwa hidup tak selalu mudah. Mereka pernah muda, dan kita belum pernah tua. Hal yang paling dikhawatirkan adalah perasaan kita, rasa bagaimana kita jadi seorang anak yang ingin berbakti untuk kedua orang tua. Tapi bagaimana kita tahu dengan apa yang orang tua rasakan, ketika orang tua “terlihat” baik – baik saja, ketika orang tua kandung kita tak pernah mengucap sepatah kata pun, yang ada hanya senda guraunya ketika menggendong seorang cucu. Rapuh iya, nelangsa iya, itu hanya kata yang sanggup tergambarkan dari sedikit yang kita rasakan. Ternyata orang tua kita sedang sakit, sedang dalam masa tua nya, tapi tetap mencoba tegar dan sabar melewatinya. Sedari kita keluar dari Rahim seorang ibu, orang tua selalu memberi bahan ajar yang sejatinya kita harus takdimi dan pelajari seumur hidup kita. Kita tak akan bisa mengganti, jangankan untuk sampai taraf itu, membalas budi mereka pun kita tak akan mampu dan nggak akan bisa. Mereka tak pernah absen, selalu mengucap namamu disetiap doa yang dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berharap kehidupanmu akan lebih baik dan lebih ringan dari apa yang mereka alami. Jangan larut dalam apa yang kamu pikirkan, itu menyedihkan, terus doakan yang terbaik untuk kedua orang tua agar berkah dan barokahnya meliputi kehidupan ini. Amiinnnn….

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar